Rabu, 04 Mei 2011

32. TITIP SALAM BUAT WANTY MAHARANI

Oleh : Hasbullah Said.-

ANGIN siang berhembus perlahan, menerobos masuk melalui kisi-kisi jendela kamarnya yang terbuka lebar, menghalau gerah udara siang yang amat menyiksa.
Dan diluar pucuk-pucuk bogenville bergoyang tertiup semilir lalu. Lemah gemulai rantingnya, melambai-lambai berayun kayak gadis cantik sedang menari diatas panggung terbuka. Ungu warna kembangnya. Menutupi hampir seluruh dahan, hingga kerantingnya yang penuh duri. Daunnya kehijau-hijauan nyaris tak nampak tertutupi oleh padatnya bunga yang sedang mekar.
Dari balik bingkai jendela kamar itu, sepasang mata menatapnya kagum. Sesekali dia melempar senyum padanya, bahkan menyapanya.
“Duh cantiknya kamu.” begitu desisnya bersemangat. Terus menatapnya, memanjakan matanya yang bersinar-binar menyaksikan tingkahnya yang lucu, lemah gemulai berayun lembut.
Sejenak hatinya iba ketika melihat kuntum ungu gugur diatas rumput hijau terhempas oleh derasnya angin lalu. Tak membiarkannya gugur ke tanah berserakan lalu dibuang begitu saja ke pelimbahan.
Waktu-waktu lowongnya dia sangat suka duduk dibangku-bangku tua bernaung dibawah teduhnya yang rimbun. Menatap sepasang kupu-kupu cantik bersayap warna-warni sedang bertengger diatas rantingnya yang lunglai. Kala senja merambah perlahan menjemput malam yang kian mendekat. Dia betah duduk berlamaan dibawah desah rimbunnya boginville, mengingat momen-momen masa lalunya.
“Diash!“ terdengar suara bundanya memanggil dari dalam rumah. Sejenak dia tersentak membuyarkan segala khayalnya. Bagai bulu perindu yang ditiup mengalun perlahan dari jauh nadanya sangat lembut. Bukti nyata, sosok seorang ibu yang santun penuh rasa kasih sayang terhadap anaknya.
“Ada apa bunda.“ sahutnya sambil menoleh kearahnya, dan mendapati bundanya memakai kostum islami membalut rambutnya dengan jilbab warna hitam. Potret perempuan religius yang taat dan patuh atas segala perintah sang Khaliknya.
“Sedang ngapain kamu disitu?” tanya bundanya sambil berjalan perlahan diatas rumput hijau menuju tempatnya dia duduk.
“Duduk santai bunda.” sahutnya sambil melempar senyum hormat pada bundanya.
“Hanya itu. “
“Ya, sambil menikmati indahnya panorama senja yang memikat.”
“Eh, ini ada surat untukmu diantar Pak Pos pagi tadi!”
“Dari mana bunda?”
“Entahlah, bunda tak sempat memperhatikannya, baca sendirilah!”
“Terima kasih bunda.” ujarnya sekali lagi sambil membuka perlahan sampulnya kemudian di bacanya!”

Sahabatku Diash Asmara Dhara yang baik hati !
Baru kali ini aku sempat menyuratimu, setelah sekian lama kita pisah, pergi meninggalkanmu dan juga sahabat kita Wanty Maharani, sekaligus meninggalkan segala aktifitas proses belajar mengajar di Sekolah SMA Negeri I, tanpa setahumu. Diam-diam aku pindah sekolah yang berada disuatu tempat jauh terpencil, yang hingga kini aku masih merahasiakan namanya.
Tak satupun teman-teman kita disekolah yang tahu, termasuk guru-guru, kecuali Pak Sofyan Kepala Sekolah, karena Surat Keterangan Pindah beliau yang menandatanganinya. Awalnya Pak Sofyan melarangku pindah, dengan alasan bahwa EBTANAS tak lama lagi berlangsung, sebaiknya setelah tamat baru engkau tinggalkan sekolah ini begitu harapnya padaku. Kupikir alasan Pak Sofyan ada benarnya, akan tetapi setelah aku memberinya alasan serta pertimbangan logis akhirnya permintaanku pun dikabulkannya.
Kepindahanku bukan tak beralasan, semua itu telah kupertimbangkan dengan semasak-masaknya. Setelah engkau membaca surat ini, maka terkuaklah sudah misteri kepergianku yang selama ini telah menjadi sebuah teka-teki bagimu tak terkecuali teman-teman dekat kita disekolah termasuk sahabat kita Wanty Maharani.
Sudah setahun lebih kehadiran Wanty Maharani bergabung bersama kita di SMA Negeri I, berarti cukup lama sudah kita mengenal sosok pribadinya yang menyenangkan menurut penilaianku.
Maaf dalam surat ini aku akan bercerita banyak tentang Wanty Maharani, dimana kita sama-sama mengenalnya sejak awal mula pindah sekolah dari sebuah Kota besar ke Kabupaten ini. Timbul pertanyaan di kalangan teman-teman kenapa pindah ke Kabupaten pada hal lazimnya anak-anak lebih senang sekolah di Kota dengan berbagai alasan seperti, tenaga pengajar yang berkualitas, fasilitas sarana dan prasarana lebih memadai dibanding dengan sekolah yang ada di kota Kabupaten.
Dari penuturan keluarga dekatnya, dia pindah karena hendak menemani neneknya yang tinggal sendirian karena semua anak-anaknya telah pergi jauh bekerja mencari nafkah diberbagai daerah.
Rani, begitu akrab disapa oleh teman-teman kita disekolah adalah sosok perempuan siswa yang patut jadi panutan, karena disamping memiliki segudang prestasi, juga dia berpenampilan menarik, sehingga banyak teman-teman menaruh simpatik padanya. Maklum anak kota tentu banyak pengalaman yang dia miliki dibanding dengan anak-anak yang ada disini, dia banyak memiliki teman di sekolah maupun diluar sekolah karena dia pandai berkomunikasi dan bergaul namun bukan anak gaul.
Kedekatan dengannya, karena kita satu ruangan di kelas III. A1, yang diawali dengan saling pinjam-meminjam buku pelajaran. Dimana akhirnya keakraban kita sebagai teman sekolah berlanjut terus yang ditandai dengan sebuah ikrar, bersumpah setia berteman bertiga yang tak lebih dari teman biasa, tulus suci, sama seperti teman lainnya, dengan perinsip tiga sekawan, tak ada dusta diantara kita. Perinsip itulah yang aku pegang teguh hingga kini.
Kehadiran Wanty Maharani memang banyak memberi motivasi belajar kepada kita. Terbukti pada akhir semester lalu, Rani menduduki posisi rangking umum disusul kamu, dan terakhir aku sebagai rangking tiga. Walaupun perolehan nilai masing-masing tidak terlalu jauh beda.
Tersebarlah di seluruh sekolah yang ada di Kabupaten ini, bahwa tiga sekawan yang mengungguli rangking di SMA Negeri I, memuji kekompakan dan kesuksesan yang kita raih bersama, unggul bukan hanya di bidang mata pelajaran saja, akan tetapi ekstra kurikulerpun kita masih mendominasi, sehingga tak sedikit jumlahnya piagam penghargaan serta piala kita sumbangkan terhadap sekolah.
Dalam rangka peringatan hari Pendidikan Nasional yang telah diadakan baru-baru ini, Rani dinobatkan sebagai siswa teladan berprestasi pertama, dan kamu Diash, meraih juara pertama pula dalan lomba melukis tingkat SLTA se-Kabupaten dan aku sendiri juara pertama lomba mengarang.
Bukan itu saja, Rani memiliki keunggulan plus, karena dia pernah menjuarai Festival Lagu Pop Tingkat Remaja se-Kabupaten dan Kota, tentu sahabatku Diash masih ingat semua itu kan, dan terakhir Rani pernah pula ikut pertandingan bola volly putri antar kelas SMA Negeri I, Sialnya sementara bermain, Rani tiba-tiba terjatuh dan tak sadarkan diri diatas lapangan rumput hijau dihalaman belakang gedung sekolah kita.
Kuat dugaanku penyakit jantungnya lagi kambuh, karena jauh sebelumnya dia pernah cerita padaku mengatakan ada kelainan jantung bawaan sejak ia dilahirkan.
Gemparlah seluruh teman-teman, tak tahu apa yang hendak mereka lakukan untuk menolong Rani. Aku ketika itu menjadi pahlawan kemanusiaan menerobos masuk ditengah-tengah kerumunan teman-teman, bergegas untuk segera menolongnya. Lalu aku ingat guru Orkes kita, pernah mengajarkan serta mempraktekkannya bagaimana cara menolong orang yang tak sadarkan diri akibat terserang penyakit jantung.
Aku duduk bersimpuh disamping Rani dimana dia terbaring lemas, diatas rumput hijau, walaupun sangat risih ditengah-tengah kerumunan teman-teman sendiri, aku nekat menolongnya membuat seketika pernafasannya berangsur normal kembali, dengan cara memompa menindih berulang-ulang kali melalui kedua telapak tanganku tepat diatas dadanya.
Sebuah pertolongan pertama yang cukup berhasil kulakukan, karena setelah itu Rani telah kembali siuman, kemudian ramai-ramai kita mengantarnya kerumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan oleh dokter spesialis.
Pasca musibah itu, ramai diperbincangkan dikalangan teman-teman sekolah akan peristiwa itu. Celakanya, berhembus isu miring tentang pertolongan yang kulakukan. Entah, siapa yang menghembuskannya sehingga begitu cepat tersebar. Aku dituduh menggunakan kesempatan untuk memegang-megang bagian tertentu tubuh Rani, yang tidak sepantasnya dilakukan didepan orang banyak.
Sementara unjuk rasa mendukung RUU anti pornografi dan pornoaksi semakin gencar terjadi diberbagai kota diseluruh pelosok tanah air mendesak kepada pemerintah, agar RUU tersebut secepatnya disyahkan. Namun semua itu, aku tak menanggapinya serius, karena issu berkembang sengaja dihembuskan oleh orang-orang tertentu yang merasa cemburu dan tak senang melihat keberhasilan kita. Untunglah sebagian teman-teman banyak pula yang membelaku, termasuk kamu sahabatku membelaku mati-matian di depan wali kelas kita, ketika aku dipanggil menghadap, kamu katakan bahwa apa yang aku lakukan itu wajar-wajar saja demi kemanusian.
Dan sesudah itu, Rani semakin dekat denganku, tak putus-putusnya menyampaikan terima kasihnya padaku, atas pertolongan yang kulakukan padanya. Aku pun merasa bahagia mendapat seorang teman wanita yang cukup mengerti, dan mau berterima kasih terhadap orang yang telah pernah menolongnya. Dan dibalik itu, setiap aku menatap Rani, grogi selalu menyelimuti perasaanku, ada sesuatu yang aneh lahir dalam jiwaku setiap aku menatap wajahnya. Degup jantungku berpacu keras, berdetak kencang, tak karuan, entah, perasaan apa itu namanya, padahal hari-hari sebelumnya tidak pernah terjadi demikian.
Hal tersebut mula kurasakan setelah pasca musibah itu menimpa dirinya, namun semua itu aku tak pernah menceritakannya kepada siapa-siapapun. Kuanggap suatu rahasia pribadi bagiku yang kututup rapat-rapat. Aku berupaya keras untuk menghilangkan perasaan aneh itu, namun sia-sia adanya, karena setiap harinya aku, dia, dan juga engkau selalu bertemu dalam satu ruang kelas yang sama. Sementara issu berbau fitnah semakin deras pula berhembus dari kalangan teman-teman kita sendiri yang tidak bertanggung jawab, menyudutkan aku terus menerus, mengatakan dukun palsu, dukun cabul segala, sekalipun persoalan itu telah diselesaikan dengan baik melalui wali kelas bersama Dewan Guru.
Akhirnya, kuputuskan untuk segera pindah ke sekolah lain agar aku terhindar dari fitnah dan cemohan teman-teman kita. Selain itu pula, sebelum telanjur aku dan Rani saling menyayangi lebih baik aku mengalah menghindar darinya, karena aku tak ingin di cap sebagai pengecut, melanggar kesepakatan yang kita bangun bersama dan tak tega hati pula aku berkhianat menodai persahabatan kita yang telanjur akrab. Aku masih ingat, janji, ikrar kita dulu, disaat mula Rani masuk bergabung di sekolah SMA Negeri I hanya sebatas pertemanan biasa kita bertiga, tak lebih dari itu, “ Tak ada dusta diantara kita” demikian bunyi ikrar yang kita ucapkan bersama, saat jam istirahat kedua berlangsung dibawah teduhnya pohon kemuning, tumbuh kokoh berdaun rinbun dihalaman belakang tak jauh dari gedung sekolah.
Saat itu, kulihat Rani matanya sembab menahan rasa haru, bahagia menyaksikan momen bersejarah itu. Seusai, kita bergegas ke kantin sekolah, makan bersama sebagai ungkapan rasa syukur atas keberhasilan kita membangun sebuah kesepahaman yang bertujuan suci.
Dengan sangat berat hati, diam-diam terpaksa aku pindah sekolah di suatu tempat jauh terpencil di Kabupaten lain, demi persahabatan kita yang kekal abadi, agar aku pula merasa tentram melupakan semua peristiwa yang sangat melukai hatiku.
Cukup sekian saja dulu, semoga kali lain dapat disambung. Doaku selalu semoga kalian berdua dapat meraih sukses dalam EBTANAS yang akan datang.
Entah kapan, besok atau lusa, kita dapat bertemu dan berkumpul kembali. Tak lupa aku titip salam buat Wanty Maharani.
Dari Sahabatmu,
ttd
Rusli Said Budiman
Lahir rasa haru dihati Diash setelah membaca surat sahabatnya itu, dan sesudahnya dilipatnya kembali seperti semula, kemudian dimasukkannya kedalam saku bajunya, sembari beranjak pergi meninggalkan tempat itu, berjalan perlahan masuk menuju rumahnya.
Dari balik menara mesjid terdengar alunan suara adzan maghrib mendayu-dayu, mengingatkan kepada kita semua untuk segera bersujud kepada-Nya.(*)


Makassar, 07 Mei 2006

Tabloid Cerdas Kopertis IX, 02 Januari 2007
Harian Radar Bulukumba, 01 Agustus 2009
Harian Palopo Pos, 04 Desember 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar