Selasa, 03 Mei 2011

94. TERLENA DALAM PELUKAN MALAM

Oleh : Hasbullah Said.-


GERIMIS malam diakhir Desember gemulai melantunkan nyanyian sunyi. Seorang gadis manis pakai jilbab menengadah. Jelaga hitam diatas menebal menghalanginya mengintip. Melihat dari arah mana datangnya gerimis malam.
Rintiknya hanya tergerai tipis. Namun perempuan itu tak pedulikan dengan nyanyian gerimis yang mengalun. Tak menghalangi niatnya untuk melangkah menuju Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Karena baru saja sepuluh menit berlalu dia menerima SMS dari Farhan pacarnya.
Jemput aku dik, sekarang juga. Pesawat Merpati dari Balik Papan yang aku tumpangi sebentar lagi akan mendarat di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar. Begitu pesan singkatnya dari balik ponsel milik Gina.
Segera ia meluncur dengan sepeda motor Mio Matic-nya diatas aspal basah menuju Bandara. Tak peduli dengan gerimis malam membelai tubuhnya yang dibalut jaket tebal sebagai pelindung dari terpaan angin malam. Kendati sesaat sebelum melangkah keluar meninggalkan rumahnya, ia sempat berdoa, bermohon sangat semoga saja langit tak menurunkan hujan lebatnya, agar dia tiba di Bandara tidak basah kuyup dan kedinginan.
Sebuah moment yang paling tepat untuknya diakhir tahun merupakan suatu ke bahagiaan tersendiri dalam hidupnya, karena sudah sekian lama ia pisah dan baru kali ini akan bertemu kembali dengan Farhan kekasihnya, yang bekerja sebagai karyawan di sebuah Perusahaan Pertambangan batu bara di Kota Balik Papan Kalimantan Timur.
“Aku datang kak, memenuhi harapmu kendati aku telah basah kuyup diguyur gerimis malam.” begitu ucapnya bercanda sambil menyalaminya menyambut ke-datangannya dipintu keluar kedatangan Bandara.
“Terima kasih sayang, itulah yang kakak harapkan. Seorang kekasih yang tak
aku ragukan lagi rasa cintanya padaku.” balas Farhan kekasihnya sambil berjalan berpegang tangan keluar meninggalkan ruang kedatangan Bandara.
“Tapi kenapa kamu tidak naik taksi saja dik, agar kamu tidak basah dan kedi-nginan?” ucapnya dengan lantunan nada penyesalan.
“Bukankah ini juga suatu bentuk pengorbanan demi rasa kasih sayang atau cintaku yang amat dalam terhadapmu kak?” lagi ia berujar dengan nada lembut.
“Terima kasih sekali lagi dik, tapi kakak khawatir kamu nantinya akan jatuh sakit sayang.” balasnya sambil melempar senyum pada Gina. Walau dihatinya mem-benarkan sikap Gina. Dia berkorban demi untuknya. Cinta itu adalah sebuah pengorbanan. Berkorban lahir dan bathin, tanpa mengenal waktu siatuasi dan kondisi. Kini ia telah buktikan.
“Semoga saja tidaklah demikian.” sahutnya lirih.
“Oke, sudahlah dik, mari aku bonceng kamu!”
Sepeda motor Mio Matic-nya kembali meluncur dikeremangan malam nan dingin dibelai gerimis tipis menuju Makassar. Farhan pacarnya yang memben-cengnya, sementara Gina dibelakangnya berpegang erat setengah lingkar di ping-gangnya. Belum begitu jauh ia melarikan sepeda motornya, sedikit ia memperlambat jalannya.
“Yuk, kita singgah dulu disini.” ujar Farhan sambil memberhentikan sepeda motornya tepat di depan sebuah warung makan.
“Kita makan dulu. Kampung tengahku sudah mulai bernyanyi.” ujarnya lagi sambil berjalan berpegang tangan masuk kesebuah warung makan di seputar jalan Perintis Kemerdekaan. Mereka pilih duduk paling pojok diwarung makan itu, karena disitu nampak romantis tertimpa remang-remang lampu warung. Hampir tak ada lagi tempat yang lowong dipadati oleh pengunjungnya. Dari balik lods peaker kios, terdengar lagu nostalgia lama mengalun perlahan lembut. Selembut hati Gina, menyambut kedatangan Farhan dari Balik Papan.
“Kapan kuliahmu usai Gina?” tanya Farhan membuka perbincangan dengannya, setelah mereka duduk lesehan sambil menyantap ikan bakar yang tersaji diatas meja makan.
“Awal Maret yaitu minggu pertama aku telah ikut KKN.” sahutnya lembut dihihiasi dengan wajah sumringah.
“Jadi praktis paling lambat bulan Juni kamu telah diwisuda?” tanyanya lagi.
“Insya Allah, kalau tak ada halangan. Sekarang juga sudah masuk bab tiga skripsiku yang telah terselesaikan.” ujarnya dengan nada penuh antusias.
“Kenapa kak Farhan begitu gencar pertanyaannya?” tanyanya sambil me-ngernyitkan keningnya.
“Ehem,.......seusai diwisuda aku segera melamarmu.”
“Gombal, ni Ye!”
“Betul, aku tidak main-main. Aku serius.”
Gina diam. Tak menyahuti ujarnya. Bunyi petasan semakin riuh mendentum seolah akan meruntuhkan langit biru. Trompet kertas bersahut-sahutan menjemput tahun baru yang tersisa tinggal beberapa jam lagi. Langit berbalut temaram, bagai pelangi indah warna-warni dihiasi oleh kembang api terpencar keatas, lalu berhamburan pecah.
Hati Gina berbunga-bunga, bagai melati menerbarkan bau wangi menebar keseluruh ruang yang ada. Begitu hatinya didalam haru mendengar pernyataan Farhan kekasihnya.
Hidup ini penuh dengan misteri. Penuh liku-liku dan tantangan. Dia me-ngikuti sepanjang alur perjalanan hidup manusia. Apa yang akan terjadi esok sungguh tak dapat diprediksi pasti. Terus menjadi rahasia yang mengangkang angkuh. Tak terpecahkan. Tak dapat diketahui.
Ikan bakar diatas meja makan perlahan habis disantap bersama. Malam perlahan merangkak menuju titik pergantian tahun baru. Seusai, mereka segera beranjak pergi meninggalkan warung itu menuju rumah Gina.
Sepeda motor Mio Matic-nya kembali merangkak perlahan diatas aspal licin. Mendekati pergantian tahun baru, hampir semua ruang yang ada di Kota Metro Makassar sepertinya tak ada lagi tempat yang lowong, dipadati penuh sesak oleh jejalan kendaraan bermotor berlalu lalang. Kealpaan hadir hujan lebat malam ini memberikan peluang manusia tumpah kejalan untuk menyaksikan pergantian tahun baru. Gerimis malampun kini telah berhenti melantunkan tembangnya yang lembut. Bagai binatang lata, sepeda motornya merayap perlahan menuju Jalan Cenderawasih dimana rumah tempat tinggal Gina.
Setiba dirumah Gina, nampak rumah itu kosong. Lengang. Kakak perem-puannya baru saja tadi sore berangkat ke kampung halamannya. Sedang kedua orang tuanya juga berada di kampung. Hanya Sudirman, iparnya yaitu suami kakaknya sopir taksi tinggal jaga rumah. Tapi kini ia sedang keluar, super sibuk dimalam tahun baru menerima orderan penumpang.
Gina dan Farhan hanya berdua dirumah itu tengah asyik berbincang tentang remaja, asmara, dan angan-angan hingga larut malam. Mereka larut terbenam dalam cinta dan kerinduan yang terpendam lama, namun masih dalam batas-batas kewajaran. Mengimpikan hari-hari manis bersamanya. Tentang sebuah rumah mungil dia bangun diatas sebuah lahan rimbun penuh dengan bunga melati semerbak wangi menebar keseluruh sudut ruang yang ada.
Pekarangan luas tempat anak-anaknya yang lahir dari hasil pernikahannya bermain berkejaran dengan tawa canda penuh keriangan kala senja telah turun. Malamnya bermandikan cahaya bulan tengah bergantung diatas, anak mereka asyik bermain dengan riang ria.
Berdua masih berbincang diruang tamu hingga larut malam. Farhan duduk diatas kursi sofa. Akhirnya, dia terlelap tidur diatas sofa hingga pagi harinya karena kecapean dan rasa ngantuk datang menyerangnya tanpa ampun. Sedang Gina tidur sendirian di kamarnya di lantai dua atas.
Lelap tidur Farhan semalaman, bukannya membuahkan mimpi indah membangun sebuah mahligai rumah tangga, akan tetapi sebaliknya sebuah mimpi buruk datang menghadangnya. Disaat Adzan subuh berkumandang di mesjid-mesjid, pintu rumah tiba-tiba digedor orang dari luar, membuat ia terjaga dari tidurnya.
Dari balik jendela kaca depan pintu masuk rumah Gina, Sudirman yaitu suami kakaknya mengintip, begitu kaget melihat seorang pria yang tak dikenalnya tengah tertidur lelap diatas sofa kursi tamu ketika ia sepulang dari mengemudi taksi.
Dengan wajah garang menghardik Farhan, keberatan kehadirannya bermalam dirumahnya. Ini harga diri kami terinjak-injak, malu atau Siri’ Na Pacce tak dapat ditolerer oleh siapapun. Begitu teriaknya lantang dipagi buta didepan pintu masuk rumahnya. Tapi keduanya membantah dan bersumpah mengatakan bahwa mereka tidak melakukan sesuatu yang melanggar etika atau adat istiadat maupun asusila.
Gina memang sadar dimalam itu. Tapi dalam posisi serba salah. Tak tega hati dia akan membangunkan Farhan dalam lelap tidurnya, kemudian menyuruhnya pergi. Sementara Farhan diserang rasa ngantuk tak tertahankan disertai kecapean sehingga ia terlelap tidur diatas kursi sofa. Dia pasrah. Tak tahu apa yang harus ia lakukan. Akhirnya beginilah kejadiannya,.........
Suasana semakin tak terkendalikan karena telanjur kakak iparnya melaporkan kejadian tersebut kepada Ketua ORT-nya, sehingga masyarakat tetangganya berdatangan berkumpul di depan rumah Gina, ikut solider protes atas keteledoran Farhan bermalam dirumah Gina. Seorang gadis yang kebetulan rumahnya kosong. Untung saja karena dari pihak aparat Kepolisian cepat datang menangani masaalah secara bijak, mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tak di inginkan.
Pihak Kepolisian dan Ketua ORT beserta beberapa tokoh masyarakat, berembuk dipagi itu, berharap agar orang tua kedua belah pihak segera dihadirkan untuk menyelesaian kasus ini dengan secara baik dan bijak.
Akhirnya, setelah kedua belah pihak yaitu orang tua Gina dan Farhan telah di pertemukan maka keduanya telah menempuh jalan damai, yaitu pihak keluarga Farhan segera untuk datang melamar Gina secara baik-baik, sebagai bentuk pertangung jawaban moral Farhan terhadap keluarga Gina.
Sesudahnya, kedua belah pihak telah pamitan sambil bersalaman kemudian mereka berangkulan saling memaafkan. Di rumah Gina kembali hening, sehening hatinya menanti hari bahagia yang lama ia idamkan, kendati ada penyesalan bergelayut dihatinya yang nyaris mencelakakan Farhan kekasihnya. Ia berupaya untuk menghapus kenangan buram yang baru saja menimpa dirinya.
Minggu depan ia akan berangkat menuju lokasi KKN. Pikirannya terfokus pada pelaksanaan KKN dipedesaan agar kuliahnya dapat terselesaikan tepat waktu. Pula semoga peristiwa yang menimpa dirinya sirna disana ditelan oleh kesibukan program kerja KKN-nya.
Waktu bergulir begitu cepat, tak terasa hari yang telah lama ditunggu-tunggu yaitu hari dimana Gina akan dilamar oleh Farhan kini telah tiba. Tepat tanggal 16 Maret 2010, sesuai kesepakatan dan pembicaraan kedua orang tua mereka beberapa waktu lalu, mengatakan Gina akan datang dilamar oleh orang tua Farhan beserta keluarganya secara baik-baik sesuai dengan adat kebiasaan orang suku Makassar, kini telah terwujud.
Hari “H” pernikahannya disepakati bersama pelaksanaannya nanti pada akhir bulan Juni mendatang setelah Gina dinyatakan selesai studinya, sukses meraih gelar Sarjana Ilmu Keperawatan pada Univ. Islam Neg. Makassar (UIN)
Orang tua Farhan yaitu ibunya sendiri langsung masuk kekamar Gina, kemudian menyematkan cincin kawin kejari manisnya sebagai tanda ikatan pertunangannya secara resmi dengan Farhan. Ada butiran-butiran air bening meng-gelinding perlahan di pelupuk matanya yang sayu.
“Terima kasih Bu.” ujarnya pada calon mertuanya yaitu ibunda Farhan sambil mengusap air matanya yang hangat jatuh membasahi wajahnya, pertanda rasa haru yang mendalam tak tertahankan.(*)

Makassar, 05 Pebruari 2010

Mingguan Inti Berita, 28 Maret 2010
Harian Radar Bulukumba, 02 Juni 2010

1 komentar:

  1. Mau dapatkan kartu hokky dan mendapatkan banyak bonus tunggu apalagi gabung aja bersama donacopoker
    dengan deposit 10.000 kamu sudah bisa bermain.
    di link alternatif kami www.donacopkr.com
    Agen poker online
    Agen poker online
    Judi Kartu Online
    bandar qq donacopoker
    agen judi kartu online yang memberikan kenyamanan dan permainan yang lengkap
    BBM : DC31E2B0
    LINE : Donaco.poker
    WHATSAPP : +6281333555662

    BalasHapus